Rabu, 18 Maret 2009

Tentara Madagaskar Kuasai Perkantoran Presiden

Senin (16/3) waktu setempat, pasukan tentara Madagaskar resmi menjalankan aksi ofensif mereka demi menggulingkan Presiden Marc Ravalomanana dan pemerintahannya. Seperti diberitakan The Guardian, para tentara itu menyatroni gedung-gedung kantor kepresidenan di ibukota tadi malam, lengkap dengan kendaraan berat mereka.

Presiden Ravalomanana sendiri, yang resmi berkuasa sejak tujuh tahun lalu, telah bersembunyi di istana kepresidenannya, yang terletak sekitar delapan mil dari ibukota. Di sana, ia diberitakan telah "dijaga" oleh ratusan pendukung yang siap melindunginya.

Sementara sebagaimana dilaporkan pula, begitu sore berganti malam di ibukota, ledakan-ledakan mewarnai langit malam. Letusan-letusan senapan pun terdengar menyalak di mana-mana, saat pasukan tentara yang loyal kepada pimpinan kelompok oposisi, Andry Rajoelina itu, menerobos pagar-pagar komplek kepresidenan.

"Saya bisa konfirmasikan bahwa kami telah menguasai gedung-gedung kepresidenan di ibukota," ungkap Kolonel Noel Rakotonandrasana, pemimpin kelompok tentara yang melakukan aksi pendudukan tersebut, melalui telepon kepada kantor berita.

Kepala Staf Tentara Kolonel Andre Ndriarijaona, sebelumnya juga telah menyatakan bahwa kekuatan mereka memang mendukung Rajoelina. Pemimpin oposisi ini, akhir pekan lalu mendeklarasikan bahwa ia telah mengambil alih kekuasaan, dan memerintahkan penangkapan Ravalomanana, sebagai puncak dari konfrontasi politik beberapa minggu terakhir yang telah mengakibatkan lebih dari 100 orang tewas.

"Kami berada di sini untuk masyarakat Malagasy (rakyat Madagaskar, Red). Jika Andry Rajoelina bisa memecahkan masalah, kami berada di belakangnya," ungkap Ndriarijaona, yang baru saja pekan lalu duduk sebagai Kepala Staf , menggantikan perwira sebelumnya yang turut dijatuhkan.

Sementara itu, Ravalomanana sendiri masih bersuara dan menganggap permintaan agar ia menyerahkan kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak konstitusional. Ia juga menyebut upaya Rajoelina sejauh ini hanya memanfaatkan "ketakutan" (masyarakat) dan menggunakan aksi represif. Namun tampaknya, ia sendiri kian hari kian terisolasi dan posisinya makin terdesak.

Tidak ada komentar: