Rabu, 16 September 2009

Sikap Gasmawan Sudah “Harga Mati” Aristo – Firdaus Mulai Mengapung


PADANG, MEDIA SUMBAR----Komitmen Gamawan Fauzi untuk tidak mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Barat periode 2010 - 2015, ternyata sudah harga mati. Tidak bisa ditawar-tawar. Tekad dan itikad itu, bukan dikarenakan Mr.Cleans ini ingin menjadi menteri dalam kabinet SBY - Boediono, tetapi karena tidak ingin disebut haus kekuasaan. Dan itu dilengkapi dua alasan kuat.
" Cukup sekali ( Satu periode-red ) saja,"ujar Gamawan, menjawab koran ini, Sabtu ( 12/9 ) sekitar masih tingginya keinginan masyarakat agar Gamawan memimpin Provinsi Tuah Sakato ini periode 2010 - 2015.
Keinginan hanya menjadi gubernur satu periode, sesungguhnya sudah dilontarkan pada tahun pertama masa pengabdiannya. "Saya tidak pernah berpikir untuk jadi gubernur dua periode! Cukup sekali saja dan itu dengan pengabbdian terbaik. Saya ingin begitu.........!," kata Gamawan, kala itu.
Meski bersipat off the record, namun pernyataan itu secara pelan dan pasti, diketahui masyarakat berbagai strata. Tahun lalu, tatkala halal bihalal selepas Idul Fitri, secara terbuka Gamawan melontarkan sikap dan komitmennya itu. Birokrat karir bergelar Datuak Rajo nan Sati itu bertegas-tegas hanya ingin sebagai gubernur satu periode. Tidak lebih!
Semula, ungkapan lelakai asal Alahanpanjang, Solok ini, dianggap pernyataan berbau politis. Dalam politik, banyak realita pengingkaran pernyataan dan perbuatan. Tetapi tidak bagi Gamawan. Sikap itu tidak pernah berubah.
Jika ketika seseorang menyatakan sikap mau menjadi calon bupati, walikota atau gubernur perlu dipertanyakan apa latarbelakang dan motivasinya, maka tatkala seseorang tidak mau maju untuk kedua kali, tandatanya itu, juga perlu diungkapkan. Bagi Gamawan, apa sebab tidak mau? Ataukah ada green light ia akan masuk kabinet kelak?
Tatkala reshuflfe kabinet menjadi berita aktual tempo hari, nama Gamawan mengapung ke permukaan. Bukan hanya di negeri Tuah Sakato saja, tetapi juga di Jakarta. Bahkan, masyarakat luas, birokrat, pemerhati kepemerintahan dan politisi menempatkan nama Gamawan sebagai sosok yang popular dan patut masuk kabinet.
" Saya tidak mau kembali jadi gubernur bukan karena berambisi menjadi menteri. Saya tidak ambisi jabatan,"tegasnya, dengan intonasi khas. Tetapi, tatkala disinggung kepercayaan SBY pada dirinya sangat tinggi, Gamawan hanya berkata : alhamdulillah. Namun, ketika disinggung ia berpeluang menjadi menteri PAN, mantan Bupati Solok ini menyebutkan itu tergantung presiden.
" Tapi ingat, bukan karena ingin jadi menteri makanya tidak mau maju untuk gubernur operiode kedua,"ujarnya berulang-ulang.
Disebutkan, secara nasional, nama Gamawan Fauzi cukup harum dan familiar. Bukan saja sesama gubernur, tetapi juga di kalangan petinggi negara. Ini disebabkan suami tercinta Ny. Hj.Vita Nova Gamawan, SH ini, dikenal cerdas, berwawasan luas, santun dan mampu menjalin komunikasi dengan berbagai strata. Apalagi, selama menjadi gubernur, Gamawan mampu melahirkan beberapa terobosan dan dinamika pembangunan berbagai sektor.
Alumni Fakultas Hukum Unand ( Tata Negara,1982) dan Pasca Sarjana UNP ( Manajemen Kebijakan Publik, 2002 ) ini, memang santer disebut calon kuat Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara ( PAN ) RI. Isu politik ini, hakikatnya sudah mengapung sejak tahun lalu, tatkala reshufle kabinet.
Tahun lalu, tatkala Gamawan diundang ke rumah pribadi SBY di Cikeas, Bogor, dugaan Gamawan menjadi menteri kian kencang. Apalagi, Gamawan menjadi jubir para gubernur. Dan ada pula sinyal dari menantu Sarwo Eddi itu. Apalagi, tatkala deklarasi SBY - Boediono sebagai pasangan Presiden RI, Gamawan tampil di podium. Hebat!
Jika Gamawan memang jadi menteri, maka lelaki simpatik ini mengulang tradisi mantan gubernur Sumbar menjadi menteri. Harun Zein Dt. Sinaro, sehabis dua periode memimpin Sumbar, dipercayakan menjadi Menaker. Kemudian Azwar Anas jadi Menteri Perhubungan dan Hasan Basri Durin sebagai Menteri Pertanahan/Ka.BPN.
Tradisi membanggakan itu,terputus tatkala Muchlis Ibrahim meletakan jabatan ( Mundur sebagai Gubernur ) dan Zainal Bakar habis jabatan ( Hanya satu periode ). Namun demikian, dalam tiap kabinet, urang awak tetap dapat kursi menteri.
Namun, di balik kebanggaan, muncul sebuah kekecewaan. Sebab, Gamawan Fauzi mampu jadi perekat satu kesatuan menyatu rakyat di provinsi ini. Ia dikenal Mr.Cleans, cerdas (dan berpandai-pandai), berwawasan dan punya komitmen moral atas Sumbar. Dan satu hal yang sepatutnya diingat adalah : Gamawan ( Bersama Prof. Marlis Raahman ) adalah pilihan rakyat !
Ada kalimat di tengah masyarakat : Kalau Gamawan mau menjadi menteri, ia pasti mendapat jabatan itu. SBY sangat percaya kepadanya. Ia berkualitas. Tetapi, apakah ia rela dan sampai hati meninggalkan rakyat yang memilihnya demi jabatan menteri ? Apakah ia tidak punya komitmen lagi dengan itikad dan tekadnya membangun Sumatera Barat ?
Dan satu lagi bukti, bahwa Gamawan bukan sekedar gubernur, melainkan juga sebagai pemimpin Sumatera Barat. Gamawan memimpin bukan dengan mengamini struktur kekuasaan, tetapi membernaskan ikatan emosial dan kedekatan moral.
Kelak, jelang akan habis masa jabatan, Gamawan wajib memberi alasan kepada masyarakat Sumbar kenapa ia tidak mau lagi jadi gubernur. Atau, jawaban itu akan muncul Oktober mendatang.
Banyak Peminat
Dengan komitmen Gamawan, maka tahun 2010 akan terjadi suksesi. Akan ada tokoh pelanjut pasangan Gamawan - Marlis Rahman. Belasan nama yang mulai disebut-sebut. Marlis Rahman ( Wakil Gubernur ) banyak dibicarakan memiliki peluang. Tetapi, ada pasangan yang paling mengapung kepermukaan.
Pasangan itu adalah Drs.H. Aristo Munandar yang saat ini sebagai Bupati Agam ( Periode kedua ). Lelaki asal Baso Agam ini, akan berpasangan dengan Drs.H. Firdaus.K,SE ( Sekwilprov saat ini ).
Aristo nyaris memiliki kesamaan beberapa sisi dengan Gamawan Fauzi. Di samping pamor senior, Aristo dikenal cerdas dan tegas. Banyak lelebihan, meski ada keelemahan tertentu. Sedangkan Firdaus, adalah aparat profesional yang menguasai tugas.
Selain Aristo, bupati atau walikota yang juga disebut-sebeut sebagai kandidat adalah Muslim Kasim ( Bupati Pariaman ), Djufri ( Walikota Bukittinggi ), Fauzi Bahar ( Walikota Padang ) dan Josrizal Zein ( Walikota Payokumbuah ).
Dari kalangan pejabat di Sumatera Barat, juga muncul nama Dodi ( Ka.Dinas Prasarana Jalan dan Tarkim ). Sedangkan dari politisi, yakni Jeffrie Geovanie ( Golkar Pusat dan pengusaha ), Leonardy Harmaini ( Ketua DPRD Sumbar ) dan tokoh nasional lain, termasuk Patrialis Akbar ( PAN Pusat ).
Nama lain yang disebut-sebut adalah Direktur PT. Semen Padang Endang Irsal yang dikenal sukses mengembangkan dan membangun PT. Semen Padang. Sebagai catatan, Azwar Anas sebelum menjadi gubernur, juga pemimpin PTSP. Kemudian ada nama Ikasuma Hamid ( Mantan Bupati Tanahdatar dan kini anggota DPRD Sumbar ).

Awas, Kemacetan Luar Biasa di Bukittinggi.....!

Awas, Kemacetan Luar Biasa di Bukittinggi.....!
BUKITTINGGI, MEDIA SUMBAR---Macet sudah menjadi trade mark negatif bagi Kota Wisata Bukittinggi. Kondisi itu, terjadi tiap hari pakan ( Sabtu dan Rabu ), hari libur, apalagi Hari Raya Idul Fitri. Kemacetannya luar biasa. Ini akibat areal parkir tidak mencukupi. Akibatnya, jalan dan areal taman berubah jadi tampat parkir.
Apakah kondisi runyam itu akan kembali terjadi pada lebaran besok? Bi-sa dipastikan. Oleh karena itu, Dinas Perhubungan Kota Bukittinggi bersa-ma Satlantas Polresta Bukittinggi me-lakukan antisipasi, termasuk dengan kebijaksanaan pengalihan jalur lalin.
Seperti tahun sebelumnya, kendaraan bermotor (umum maupun pribadi) dari berbagai daerah menuju kota Bukittinggi. Karena status transito, berbagai jenis kendaraan juga hanya lewat.
Dalam suasana lebaran, kendaraan akan berdatangan dari dan ke arah Padang, Solok, Lubuaksikaping, Payoakumbuah atau sebaliknya. Pengalihan dilakukan dengan beberapa titik alih. Titik pengalihan pertama di Sim-pang Kotobaru dan Padang-luar (bagi kendaraan dari arah Padang, Padangpan-jang dan Solok atau Pa-riaman).
Titik alih kedua, di Sim-pang Tanjuangalam (kenda-raan dari arah Payokum-buah) serta titik alih ketiga, menyisiri jalan By Pass Bu-kittinggi (kendaraan dari arah Lubuksikaping).
“Pada libur panjang Idul Fitri 1430, kendaraan bermo-tor yang hanya lewat di Bu-kittinggi harus dialihka,” ujar Kepala Dinas Perhungan Ko-ta Bukittinggi, H. Harman SE.
Menurutnya, memfungsi-aktifkan jalur luar sangat efektif mengantisipasi ke-macetan. Jalur lingkar luar tersebut adalah Simpang Tanjungalam, Kotobaru, Pa-dangluar dan Bukittinggi By-Pass.
Untuk memastikan peng-alihan jalur lalin bagi ken-daraan bermotor yang tidak ada aksesnya ke Bukittinggi, tambah Harman, pihaknya tidak bisa menentukan sen-dirian. Tapi harus berko-ordinasi dengan Satlantas Polresta Bukittinggi, seiring dengan operasi Ketupat.
Dalam pelaksanaan Ope-rasi Ketupat Dinas Perhu-bungan akan ikut bersama Satlantas Polresta Bukit-tinggi, sehingga di lapangan terjadi koordinasi yang har-monis yang saling men-dukung.
Harman belum bisa me-mastikan tingkat penam-bahan jumlah kendaraan yang datang ke Bukittinggi , teru-tama kendaraan priba-di. Tetapi diprediksi, penam-bahan kendaraan akan me-ningkat dari tahun sebelum-nya.
Mobil Wisata Tanpa Izin
Wakil Walikota Bukit-tinggi H. Ismet Amziz,SH membenarkan, untuk meng-antisipasi kemacetan jalan raya di saat lebaran di kota Bukittinggi, pihaknya bersama Polres-ta Bukittinggi segera akan melakukan rapat sejalan dengan bakal dilaksana-kannya operasi Ketupat oleh Polresta Bukittinggi mulai 13 September.
“Namun di sisi lain, saat ini ter-nyata ada persoalan yang muncul, yak-ni adanya tiga unit kendaraan wisata yang dikelola koperasi Kodim berope-rasi di jalan raya kota, tanpa izin dari Pemko Bukittinggi, "ujar Ismet.
H. Ismet Amziz berjanji akan melakukan kordinasi dengan Kodim 0304 Agam suhubungan tiga unit kendaraan wisata milik koperasi Kodim 0304 Agam yang meman-faatkan jalan umum. Ismet membenarkan, keberadaan kendaraan wisata tersebut sangat menunjang kegiatan pariwisata. Dari pantauan lapangan, tiga unit kendaraan wisata ini mangkal di sam-ping Makodim 0304 memuat penum-pang yang pada umumnya anak-anak.
Selama ini, kendaraan wisata keliling kota itu memang tidak menim-bulkan kemacetan, namun saat lebaran dipastikan kehadiran tiga kendaraan wisata berbadan lebar dan panjang itu akan memacetkan jalan di Bukittinggi.

Ingin Belajar Kelola Kemiskinan? Datang Saja ke Agam!

Keberhasilan Agam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan bukan saja mendapat acungan jempol dari beberapa warga, tetapi juga mendapat pujian dari Mensos RI, H. Bachtiar Chamsyah. Bahkan, menurut Bachtiar Chamsyah, bila ingin belajar mengelola kemiskinan,belajarlah ke kabupaten Agam.
Pernyataan bernada pujian itu dilontarkan Mensos dalam sebuah pertemuan di kabupaten Agam, dalam kunjungannya ke Sumbar belum lama ini. Mensos sebelumnya mendapat penjelasan dari Bupati Agam H. Aristo Munandar seputar perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerah itu.
Di jelaskan, sebelum menyusun perencanaan, tim khusus bentukan bupati dan wakil bupati telahmelakukan survey awal. Tim tersebut turun langsung ke jorong-jorong yang ada di setiap nagari dalam kabupaten Agam. Hasil survey disampaikan kepada bupati. Kemudian dibicarakan lagi dalam forum terbatas, beranggotakan SKPD terkait, dan unsur Muspida Plus. Hasilnya menyimpulkan, data hail survey awal harus dimatangkan lagi, dengan langsung melakukan pertemuan dengan keluarga miskin di setiap nagari.
Bupati dan wakil bupati turun langsung memimpin tim pematangan data. Tim bukan hanya berdialog dengan keluarga miskin dan tokoh masyarakat bersangkutan, tetapi juga meninjau langsung kondisi rumah tempat tinggal keluarga miskin.
Hasilnya, diperoleh data akurat seputar keluarga miskin,lengkap de-ngan penyebab kemiskinannya. Dari data tersebut lalu diambil langkah strategis penanggulangan kemiskinan, yang langsung menyentuh sendi dasar kehidupan keluarga miskin tersebut.
Strategi operasional pun disusun, dengan melibatkan pemuka masyarakat, yangdikenal dengan urang nan ampek jinih, yaitu ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, dan bundo kanduang, di samping pimpinan formal di tingkat jorong dan nagari. Semula direncanakan penanggulangan kemiskinan di daerah itu berbasiskan nagari.
Dalam perkembangannya timbul ide bernas dari bupati Agam untuk menja-dikan mesjid sebagai pusat komando program penanggulangan kemiskinan di daerah itu.
Yang mendasari pemikiran demikian, antara lain mesjid adalah pusat pemersatu umat di ranah Minangkabau. Di mesjid bisa dilakukan musyawarah pembangunan kampung halaman.
Manajemen mesjid yang terbuka, dan bis dilihat siapa saja dan kapan saja, merupakan sebuah manajemen yang pantas ditiru, terutama dalam manajemen keuangan penanggulangan kemiskinan.
Di sisi lain, masih banyak keluarga miskin yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap Allah SWT. Mereka jarang shalat, dan tidak pandai tulis baca al-Qur’an. Artinya, mereka jarang datang ke mesjid. Dengan menjadikan mesjid sebagai pusat komando program penanggulangan kemiskinan, mau tidak mau keluarga miskin,terutama kepala keluarganya harus datang ke mesjid. Setidaknya untuk mengikuti rapat anggota kelompok kemiskinan.
Dengan datang ke mesjid, mereka juga akan mengikuti shalat berjamaah, sebelum pertemuan kelompok dimulai. Bila mereka tidak mengikuti shalat jamaah,biasanya shalat zuhur dan ashar, mereka tidak akan memperoleh prioritas kredit dari BMT Agam Madani.
Akhirnya, keluarga miskin tersebut termotivasi untuk mempelajari shalat, dan membaca al-Qur’an. Itu berarti mereka mulai mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, salah satu penyebab kemiskinan telah terhapuskan dari kehidupan mereka.
Pola musyawarah sangat kental meronai proses penanggulangan kemiskinan di kabupaten Agam. Dengan musyawarah, anggota kelompok kemiskinan bisa mengembangkan diri, seperti menerima keputusan bersama, menerima pendapat yang baik untuk perbaikan nasib mereka, dan belajar bagaimana memenej diri dan emosi mereka.
“Mereka juga belajar berdisiplin. Pertemuan dengan waktu yang telah ditentukan, mengajarkan kepada mereka mempergunakan waktu secara efisien dan tepatguna,” ujar Aristo lagi.
Dengan mengkaji segenap as-pek, termasuk peluang kegagalan program, pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Agam bisa mengantisipasi secara dini kegagalan yang mungkin timbul dalam proses pelaksanaan program.
Itulah yang membuat seorang Bachtiar Chamsyah merasa kagum, dan tertarik untuk membantu program yang dilaskanakan Pemkab Agam.
Buktinya, Mensos selalu men-dukung program penanggulangan kemiskinan di daerah itu setiap tahun. Dukungan yang sangat dira-sakan Pemkab Agam dan warga ada-lah bantuan pembangunan rumah (bedah rumah) keluarga miskin.
Tahun ini mensos mengalo-kasikan dana untuk biaya bedah rumah 209 rumah keluarga miskin di Agam, yang berlokasi di keca-matan Tanjung Raya (89 unit), dan di kecamatan Palembayan 120 unit.
Sebelumnya, masih tahun 2009, melalui program HKSN Agam juga memperoleh biaya bedah rumah untuk 100 unit rumah keluarga kurang mampu. Masing-masing rumah memperoleh dana Rp10 juta.
Pernyataan Mensos bukan sekedar menyenangkan hati Rang Agam. Buktinya, sejak keberha-silan Agam dalam berbagai sektor pembangunan, termasuk sektor penanggulangan kemiskinan, sudah banyak daerah yang sengaja datang belajar memenej penanggulangan kemiskinan ke daerah itu. yang berdatangan bukan saja dari daerah dalam provinsi Sumbar, tetapi juga dari daerah lain, termasuk dari luar Sumatra.
Mereka yang datang sangat terkesan dengan pola yang diterapkan Agam,sejak dari pola penanggulangan kemiskinan berbasis mesjid, sampai pada pengelolaan KJKS BMT Agam Madani, dan pola pembangunan nagari goro badunsanak, dan banyak lagi yang lainnya.

309 Rumah Miskin Diperbaiki



2009 : 309 Rumah Miskin Diperbaiki
Di saat Pemkab Agam tidak mampu menyediakan dana untuk perbaikan rumah keluarga miskin, datang bantuan Mensos. Hal itu Hal itu merupakan rahmat bagi daerah, yang pantas disyukuri. Demikian disampaikan Wakil Bupati Agam H. Ardinal Hasan, dalam perbincangan singkat dengan koran ini kemaren di Lubuakbasuang.
Menurutnya, bantuan perbaikan rumah keluarga miskin dari Depsos diserahkan Mensos H. Bachtiar Chamsyah, Selasa (1/9) di halaman kantor camat Palembayan. Bantuan tersebut untuk perbaikan 120 unit rumah. Sebelumnya juga sudah diserahkan bantuan untuk perbaikan rumah keluarga miskin di mesjid Raya Bayua, kecamatan Tanjungraya.
Juga diterima bantuan perbaikan rumah keluarga miskin dalam program HKSN, untuk 100 unit rumah. Dengan demikian, tahun 2009 diterima bantuan untuk perbaikan 309 unit rumah keluarga miskin. Masing-masing keluarga miskin Rp10 juta. Artinya tahun ini Agam telah menerima kucuran dana untuk perbaikan rumah keluarga miskin sebesar Rp3.090.000.000.
“Kita pantas bersyukur pada Allah SWT, dan berterimakasih pada pemerintah melalui Mensos. Bantuan sebesar itu merupakan rahmat bagi Agam di bulan Ramadhan tahun ini,” ujarnya.
Bersyukur tidak cukup mengucapkan terima kasih di bibir saja, tetapi harus diikuti dengan perbuatan nyata. Bersyukur kepada Allah SWT mesti diwujudkan dengan melaksanakan perintahNya, dan menghentikan laranganNya. Berterima kasih kepada pemerintah harus mematuhi aturan yang berlaku, serta memanfaatkan bantuan yang diberikan semaksimal mungkin.
Wabup juga besyukur, ternyata bukan hanya pemerintah Pusat saja yang peduli pada nasib keluarga miskin di Agam. Mahasiswa KKN-PPM Unes Padang, dan salah seorang pengusaha, H. Asril serta kawan-kawannya juga peduli. Mahasiswa KKN-PPM Unes Padang telah beriyur Rp10 juta untuk memperbaiki rumah keluarga miskin di Rimbo Nunang, jorong bancah Taleh, kecamatan Lubuk Basung.
Sedangkan H. Asril dan kawan-kawan berupaya memperbaiki rumah Sep, warga Talago, jorong Surabayo, nagari Lubuk Basung, kecamatan Lubuk Basung. Rumah Sep, yang semula tidaklayak huni, dibangun menjadi rumah sehat. Pengusaha toko Prima Sinar Pagi itu, didukung koleganya telah berhasil mengumpulkan uang sekitar Rp45 juta. Semua uang itu telah digunakan untuk menjadikan rumah Sep sebagai sebuah rumah sehat.
Namun pekerjaan pembangunan rumah keluarga miskin,yang berdekatan dengan komplek perumahan Talago Permai, belum selesai. Kini H.Asril sedang mengupayakan pembangunan dapur, kamar mandi, wc, memasukan air bersih PDAM, dan aliran listrik PLN.
H. Asril memang dikenal sebagai dermawan. Ia sangat peduli dengan nasib si miskin. Baginya, membantu sesama sudah merupakan sebuah budaya yang membahagiakan. Walau demikian, ketika dikonfirmasi koran ini, H. Asril selalu merendah. Menurutnya, ia hanya melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim, tidak lebih.

Yusuf Bernilai Positif di Mata Masyarakat



PASAMAN, MEDIA SUMBAR----Tidak dapat dipungkiri, berhasilnya kepemimpinan Yusuf Lubis dan Hamdy Burhan memimpin Kabupaten Pasaman dalam empat tahun terakhir ini adalah berkat kerja keras dan kepiawaian mereka dalam memimpin Ranah Pasaman Saiyo.
Banyaknya dukungan, pujian dan kritikan yang terus mengalir kepada kedua petinggi di Kabupaten Pasaman itu menandakan bahwa masyarakat Pasaman semakin cerdas dan dewasa dalam menentukan sikap.
Menilik sipak terjang kepemimpinan Yusuf Lubis dan Hamdy Burhan yang sudah memasuki dekade empat tahun kepemimpinan, sebagai Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Pasaman diakui memang banyak mendapat sorotan positif walaupun masih ada beberapa kekurangan yang harus mereka benahi bersama.
Dalam masa empat tahun kepemimpinannya, sebagian besar masyarakat Pasaman sangat mendukung akan keberhasilan Yusuf Lubis dan Hamdy Burhan dalam memacu program-program pembangunan di Kabupaten Pasaman.
Titik kesuksesan Yusuf Lubis dalam membangun Pasaman kearah yang lebih maju, terletak pada kesabaran, ketelitian, keseriusan, kejernihan dan ketegasan dalam menganalisa sebuah persoalan yang akan diberikan kepada bawahannya, sehingga tidak mengherankan kalau dikalangan dunia pers Lubis sering disebut dengan panggilan Ayah.
Menjelang empat tahun kepemimpinannya, torehan dalam membimbing pembangunan di Pasaman sudah banyak yang berhasil digodoknya, seperti pemberantasan kemiskinan, yakni dengan menjadikan masyarakat Pasaman bisa memperoleh penghasilan yang cukup dalam sisi kehidupannya sehari-hari.
Keberhasilan lainnya terlihat pada sektor pembangunan nagari kenagari, kemudian sektor budaya, industri, pertanian, peternakan, perikanan dan pertambangan. Selanjutnya disektor pendidikan, kesehatan dan keagamaan yang tidak pernah beliau lupakan.
Yusuf Lubis dan Hamdy Burhan selaku Bupati dan Wakil Bupati Pasaman dalam menjalankan dan menerapkan pembangunan jangka panjang diwilayahnya selalu menjalankan system dor tu dor kemasing-masing nagari, agar pembangunan diwilayah masing-masing pelosok nagari dapat dibangun secara merata.
Tak heran memang, sosok sang Yusuf Lubis dalam setiap melakukan kunjungan kerja selalu bertanya dan melihat langsung kebawah, sehingga apa-apa derita yang selama ini dirasakan oleh masyarakat bisa langsung diketahuinya.
Disisi lain, kalau dilihat dari kaca mata publik, sosok Yusuf Lubis merupakan sosok panutan dengan keramah tamahan dan jiwa tak pilih kasih merupakan jati dirinya yang sebenarnya.
Masyarakat Sumatera Barat khususnya dan Pasaman pada umumnya, melihat sosok Yusuf Lubis dalam memimpin pemerintahan di Kabupaten Pasaman merupakan suatu keberuntungan, karena beliau senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakatnya.
Tak heran memang, di empat tahun kepemimpinan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Pasaman Yusuf-Hamdy sudah banyak berhasil mewujudkan pembangunan secara adil dan merata disegala bidang.
Dari sisi kemampuan dalam memimpin Pasaman patut diajukan jempol, karena sebelum Yusuf Lubis menjadi Bupati terpilih di Kabupaten Pasaman sudah banyak posisi strategis yang dijabatnya terutama pada masa Beliau mengabdi di Kesatuan Kepolisian Republik Indosesia. Hal itu juga bukti nyata bahwa Yusuf Lubis merupakan salah satu tokoh pemimpin Sumatera Barat yang layak dikedepankan.
Dalam masalah kinerja, kepemimpinan Yusuf Lubis telah berhasil mengemas Kabupaten Pasaman sebagai kabupaten terbaik di Sumatera Barat. Hal itu terbukti, setelah memasuki empat tahun kepemimpiannya, Kabupaten Pasaman mengalami kemajuan yang sangat signifikan hampir disegala bidang. Karena dalam melakukan kunjungan kerja, sang Bupati Yusuf Lubis selalu menyimak betul apa-apa yang diinginkan dan dirasakan oleh masyarakatnya, sehingga seluruh aspirasi warga bisa teratasi dengan baik.
Dari sisi prestasi yang diraih, sosok pemimpin Yusuf Lubis dalam mengangkat nama Pemerintah Kabupaten Pasaman tak perlu diragukan lagi kepiawaiannya, karena sang figur sudah teruji baik ditingkat propinsi maupun ditingkat nasional. Beberapa penghargaan yang diraih dalam memasuki empat tahun kepemimpinannya sudah menjadi fakta bahwa beliau betul-betul kooperaktif dalam membangun Ranah Pasaman Saiyo.
Tak salah fisi dan misi Kabupaten Pasaman dalam kepemimpinannya sejalan dari apa yang direncanakan, seperti visi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan memanfaatkan sumber daya yang ada melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Dan misinya meningkatkan derajad kesehatan, pendidikan, pendapatan dan pengamalan ajaran agama, mengembangkan penelitian dan pengkajian sumber daya alam dan sumber daya buatan, meningkatkan kuaslitas dan sumber daya aparatur, meningkatkan penegakan disiplin dan pengawasan serta mewujudkan pelayanan yang prima.

Aristo Memberi Prestasi dan Prestise



Duet pimpinan Agam, H. Aristo Munandar-H. Ardinal Hasan, yang lebih dikenal dengan duet Amanah, kini memasuki tahun ke-5. Empat tahun sudah berlalu. Sudah banyak hasil pekerjaan mereka untuk daerah. Bahkan bejibun prestasi membanggakan sudah diraih, baik di tingkat Sumbar, maupun tingkat nasional. Semua itu berkat kekompakan para pelaku pembangunan di daerah berlambangkan Harimau Campo itu, di bawah koordinasi duet Amanah.
Aristo sendiri mengakui, tanpa sebuah kebersamaan, dan saling pengertian antar lini di daerah itu, sulit mendayung biduk Agam menuju pulau harapan. Karena ombak dan badai, diperparah dengan batu karang menghadang perjalanan kapal besar Agam, yang dinakhodai duet Amanah.
Angin topan dan gelombang kehidupan menghadang kapal Agam, yang terseok-seok mencari jalan di celah batu karang tajam. Salah sedikit saja akan mengakibatkan kapal pecah dan karam. Semua itu membuat duet nakhodanya sangat berhati-hati dalam mengendali kapal. Begitulah kira-kira gambaran Agam dalam mendayung kehidupan dan pembangunan daerah.
Namun berkat kebersamaan yang solid para pelaku pem-bangunan dan segenap warga, Agam telah mampu melayarkan bahtera menuju pulau impian, yaitu kesejahteraan bagi seluruh warga daerah.
Kebersamaan terliaht nyata dalam setiap proses perencana-an,pelaksanaan, dan pengawasan serta pemeliharaan hasil pembangunan. Di tingkat nagari, segenap anak nagari bersatu padu melakukan gerakan pembangunan, di bawah koordinasi wali angari dan perangkatnya,sera didukung segenap lembaga yang ada. Keterpaduan itu terliaht jelas dalam setiap derap langkah pembangunan. Sebut saja dalam pembangunan pola goro badunsanak, perbaikan, yang populer dengan sebutan bedah rumah keluarga miskin, perencanaan pembangunan nagari. Semua itu masih kental dengan rona dn semangat gotong-royong.
Di tingkat kecamatan kebersamaan itu juga terlihat, teruama dalam proses perencanaan pembangunan kecamatn, yang dilaskanakan dalam Musrenbang tingkat kecamatan. Dalam kegiatan itu dibahas, dan diputuskan dengan musyawarah, prioritas usulan pembangunan yang akan diusulkan sebagai rencana pembangunan kecamatan. Kemudian, di tingkat kabupaten, usulan dri kecamatan dibahas lagi,untuk menentukan prioritas pembangunan daerah.
Peranan DPRD Agam dalam musyawarah pembangunan daerah (Musrenbang) sangat strategis. Anggota dewan, yang mengetahui dengan baik aspirasi warga akan menyuarakannya dalam Musrenbang. Dalam pembahasan prioritas pembangunan daerah,yang akan dituangkan dalam bentuk rencana pemba-ngunan daerah, buah pikir dan sumbang saran dari pihak DPRD Agam sangat menentukan. Begitu juga dengan masukan dari berbagai pihak, seperti dewan ekonomi daerah, dewan pendidikan, LKAAM, MUI, dan lainnya.
Kebersamaan juga terlihat nyata dalam pembagian job dan kewenangan duet pimpinanan daerah. Bahkan sampai pada penetapan piket di Agam belahan timur juga diatur, sehingga pelayanan bisa dilakukan terhadap warga semakin membaik.
Berbicara masalah pelayanan, Pemkab Agam memang sudah memikirkan sampai demikian detilnya. Karena duet pimpinan daerah menyadari arti penting pembenahan dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Cara yang dilakukan sejak dulu, semakin disempurnakan. Kalau dulu ada namanya pelayanan satu pintu, kemudian disempurnakan dengan mendirikan Pusat pelayanan Masyarakat (Pusyanmas) di Jirek, Bukittinggi. Semua itu dimaksudkan untuk memudahkan warga,khususnya yang berdomisili di Agam belahan timur mendapatkanpelayanan yang mereka butuhkan.
Merasa belum puas dengan apa yang telah dicapai dalam pelayanan publik, Pemkab Agam kemudian melakukan angket di tingkat kecamatan. Para responden, warga kecamatan bersangkutan, dipersilakan menyampaikan usul saran,dan laporan apa adanya tanpa adanya rekayasa. Hasilnya dijadikan bahan untuk menyempurnakan pelayanan di tingkat kecamatan. Lalu, dua SKPD dipadikan sampel pelayanan publik, yaitu kantor camat IV Angkek, dan Puskesmas Pakan Kamih kecamatan Tilatang Kamang.
Hasilnya sangat menggembirakan. Dari hasil penilaian tim penilai pelayanan publik Sumbar, kedua SKPD tersebut ternyata meraih nilaitertinggi di Sumbar. Bahkan tim penilai tingkat nasional memberikan hasil yang sama dengan tim propinsi. Sehingga tahun lalu Agam memperoleh dua Piala Citra bidang pelayanan publik. Bupati Agam juga memperoleh penghargaan khusus karena dinilai berhasil meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Sedangkan Kantor Camat Ampek Angkek dan Puskesmas Pakankamaih dijadikan model penerapan pelayan publik di SKPD lainnya di tingkat kecamatan. Kini, seluruh kecamatan di Agam sudah memiliki standar pelayanan publik, yang menjadi acuan bagi segenap aparatur di kantor camat, dan Puskesmas di daerah itu.
Keberhasilan itu memacu semangat pengambil keputusan di Agam untuk meningkatkan kualitas pelayanan di tingkat kabupaten. Salah satu kebijakan monumental yang diambil adalah mendirikan Kantor Pelayanan Terpadu (KPT). KPT juga menempatkan petugasnya di bekas Pusyanmas, di Jirek Bukittinggi, untuk melayani warga di Agam belahan timur.Warga dapat memperoleh pelayanan standar.
Penanggulangan Kemiskinan
Di sisi lain, banyak pula masalah internal yang perlu di-tangani dengan sebaik mungkin. Antara lain masalah kemiskinan, pengangguran, dan masalah sosial lainnya yang tidak bisa dipandang enteng.
Kemiskinan memang bukan hanya masalah Agam, tetapi sudah menjadi masalah nasional dan dunia. Walau demikian, Pemkab Agam di bawah pimpinan Duet Amanah, tidak menunggu begitu saja mengucurnya dana dari pusat. Ada upaya agar penanggulangan kemiskinan berjalan sesuai kemampuan maksimal. Maka disusun rencana penanggulangan kemiskinan berbasiskan mesjid. Maksudnya, mesjid dijadikan pusat kegiatan penanggulangan kemiskinan di tingkat paling bawah.
Di nagari dibentuk tim koordinasi penanggulangan kemiskinan (TKPK) nagari. Begitu juga di kecamatan, dan di tingkat kabupaten Agam. Semua kerja dibagi habis, sehingga tidak ada job yang tidak tertangani. Kondisi itu menyebabkan segenap lini di nagari mendapat porsi tanggung jawab sesuai dengan posisi mereka. Misalnya, ninik mamak mendapat tanggung jawab untuk membina dan mengkoordinasikan upaya penanggulangan kemiskinan di tingkat kaumnya. Alim ulama juga mendapat tanggung jawab membina mental keluarga miskin, agar mereka memiliki semangat untuk membebaskan diri dari jeratan kemiskinan.
Di sisi lain, para pemuka masyarakat,yang dikenal dengan pangilan urang nan ampek jinih, juga melakukan upaya mencari dana untuk membiayai program penanggulangan kemiskinan. Hal itu sangat memungkinkan,karena hubungan pemuka masyarakat dengan perantau sukses terbilang erat. Keeratan itu dimanfaatkan untuk menggaet dana dari perantau, yang antara lain digunakan untuk perbaikan rumah tak layak huni milik keluarga miskin.
“Kita memang menitikberatkan program penanggulangan kemiskinan pada sektor pemberdayaan. Dengan member-dayakan keluarga miskin, mereka akan dapat membebaskan diri mereka sendiri dari kemiskinan,” ujar Aristo.
Pemberdayaan dimaksud, menurut Ardinal Hasan melalui berbagai cara. Antara lain dengan membekali keluarga miskin dengan ilmu dan keterampilan, membantu modal usaha, dan membantu pemasaran produk keluarga miskin. Di sisi lain, membentuk mental mereka menjadi seorang wirausahaan handal, memiliki semangat juang dan daya saing, serta semangat untuk membebaskan diri dari belenggu kemiskinan.
“Bila seorang keluarga miskin tidak memiliki semangat untuk membebaskan diri dari belenggu kemiskinan, maka akan sulit bagi siapa saja untuk membebaskannya dari kemelaratan. Kunci keberhasilan penanggulangan kemiskinan adalah semangat yang membara dari keluarga miskin untuk membebaskan diri dari kemiskinan,” ujar Ardinal.
Dengan demikian, pemerintah menjadi motivator, inovator, dan fasilitator dalam program penanggulangan kemiskinan. Yang melaksanakan program itu sendiri adalah keluarga miskin
Peningkatan Kualitas Pendidikan
Karena sesungguhnya salah satu penyebab kemiskinan adalah lemahnya semangat untuk meraih keberhasilan. Semangat itu melemah akibat kurangnya ilmu pengetahuan, termasuk dalam ilmu agama. Orang yang kurang pengetahuan juga kurang memiliki keterampilan. Orang yang kurang pengetahuan di bidang agama akan jauh dari Allah SWT. Padahal yang memberi rezeki adalah Allah SWT. Tidak mengherankan bila orang yang kurang pengetahuan akan menjadi melarat.
Menyadari hal demikian, Aristo dan Ardinal berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di daerah itu. Caranya, membangun sekolah baru, dan memberikan kemudahan bagi keluarga kurang mampu agar mereka dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain, pendidikan keterampilan juga diintensifkan di berbagai lini. Sebut saja pendidikan luar sekolah yang dibantu dan dibina pemerintah. Di sisi lain, pihak Dinsosnaker memberikan pendidikan dan pelatihan untuk remaja dan pemuda putus sekolah. Begitu juga dengan pihak Dinas Pendidikan, dan lainnya.
Bagi petani potensial akan dikirim magang ke IPB Bogor, guna mempelajari lebih dalam bidang pertanian yang mereka tekuni. Bidang pertanian merupakan tonggak perekonomian rakyat Agam. Pertanian tradisional secara bertahap diganti dengan pertanian modern. Di samping itu usaha pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku dan bahan jadi semakin diminati petani Agam.
“Semua program pembangunan sumber daya manusia difokuskan pada pemberdayaan. Apa pun jenisnya, muaranya adalah pemberdayaan. Maksudnya, setiap pembangunan sumber daya manusia bertujuan untuk memberdayakan manusia Agam, sehingga mereka menjadi sumber daya manusia handal sebagai penggerak dan pelaku pembangunan,” ujar Ardinal.
Dengan demikian, nanti Agam akan memiliki manusia handal. Manusia yang tidak lagi tergantung pada pemerintah, tetapi mampu membantu pemerintah membangun daerah. Manusia yang taat melaksanakan perintah Allah SWT, dan menerapkan ajaran adat dalam kehidupan sehari-hari. Bila itu sudah terwujud, barulah cita-cita Agam madani menjadi kenyataan.
Banyak alasan mengapa program penanggulangan kemiskinan di Agam dilaksanakan. H. Aristo Munandar yang sangat peduli dengan nasib rakyatnya itu, menyebutkan, dalam Al-Qur’an banyak terdapat perintah Allah terhadap umat yang mampu untuk membantu si lemah dan semiskin.
“Bukalah surat Al Baqarah ayat 177, 215, 254, 261; surat An Nisa’ ayat 8, ayat 36; surat Ali Imran ayat 92, dan banyak lagi yang lainnya. Allah meng-ingatkan hambanya agar selalu menyantuni,membantu, dan me-nolong si lemah dan semiskin. Itu juga merupakan perintah ke-pada pemimpin agar berupaya memerangi kemiskinan dan ketidakberdayaan rakyat yang dipimpinnya,” ujarnya.
Ia menyebutkan, salah satu penyebab seseorang masuk neraka adalah tidak melakukan shalat dan tidak mau membantu kehidupan orang miskin, seperti dinyatakan dengan jelas dalam ayat 42 dan 44 surat Al Muddatsir. Kemudian orang yang menghardik anak yatim/piatu, dan tidak memberi makan orang miskin, adalah pendusta agama.
Aristo dan Ardinal mengaku tidak ingin masuk neraka, dan tidak ingin disebut pendusta agama. Mereka juga mengajak segenap aparatur Pemkab Agam, dan seluruh warga Agam agar tidak termasuk orang yang mendustakan agama, dan tergolong orang yang dinyatakan akan masuk neraka nantinya. Caranya, santunilah orang miskin, dan anak yatim/piatu. Berusahalah agar keluarga miskin mampu membebaskan diri mereka dari kemiskinan.
Agam makin sejahtera. Ini buah pengabdian tanpa batas Aristo selama sepuluh tahun, termasuk duEt dengan Ardinal Hasan.

Agam Meraih Kemajuan Sangat Memuaskan


Patut Dilanjutkan Orang yang Tepat..!
Aristo sepuluh tahun memimpin Agam. Ba-nyak keberhasilan diraih. Prestasi yang prestisius itu, bukan mengada-ada tetapi realita yang sulit dibantah. Dalam lima tahun terakhir, keberhasilan duet Aristo Munan-dar - Ardinal Hasan meletakan kerangka pembangunan kabupaten terlengkap di Indonesia itu, menimbulkan inspirasi banyak kalangan di Agam, mau pun di luar Agam. Satu catatan penting adalah, Rang Agam kini memiliki kebanggaan. Bangga akan dinamika pembangunan segala sektor, bangga dengan prestasi dan prestise. Keberhasilan itu, mengantarkan Aristo pada titik keingingan masyarakat menjadi gubernur Sumbar dan Ardinal Hasan menjadi pimpinan Agam.
Pola kepemimpinan kedua sosok tersebut disebut-sebut sebagai figur pimpinan masa depan. Aristo dengan pola kepemimpinan yang merakyat, taat pada ajaran agama, pencetus masyarakat madani di Agam, pencetus penanganan zakat oleh satu badan yang disebut BAZ, teliti, gigih, konsekuen, dan tak kenal me-nyerah, adalah merupakan pimpinan dambaan mayoritas warga Sumbar yang agamis.
Di samping itu, Aristo dikenal rendah hati, sederhana, siap menerima keluhan dan penyam-paian aspirasi warga 24 jam, dan lembut meng-hadapi berbagai persoalan, penuh tegursapa dengan rakyat banyak, menyebabkan ia di sukai banyak lapisan masyarakat di kabupaten Agam.
Aristo juga sangat aspiratif. Aspirasi warga, walau hanya disampaikan dalam pertemuan di pinggir jalan, akan ditindaklanjuti sesuai aturan dan kemampuan daerah. Makanya, setiap kunjungannya ke pelosok kabu-paten Agam,warga menyambut-nya dengan antusias. Banyak aspirasi langsung disampaikan warga kala itu.
Ardinal adalah sosok muda yang enerjik. Pola kepe-mimpinannya sa-ngat koperatif, sa-bar, aspiratif, dan selalu bersandar pada ajaran Allah SWT, dan aturan yang berlaku. Ia taat beribadah, pe-nyantun terhadap anak yaitm/piatu, dan orang terlan-tar. Cepat tersen-tuh bila melihat ada orang yang kesusahan.
Sosok Aristo dan Ardinal sebagai duet pimpinan kabupaten Agam banyak memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama gemar memban-tu orang yang dalam kesusahan. Cepat tanggap, apalagi menyangkut masalah kesejahteraan warga. Bila terjadi bencana, me-reka cepat be rada di lokasi bencana. Bi-la diundang menghadiri atau meres-mikan suatu acara, mere-ka selalu bersedia.
Makanya tidak heran bila Aristo atau Ardinal sering berada di pedalaman meresmikan sebuah muashalla yang dibangun dengan swadaya masyarakat; atau melakukan peletakan batu pertama pembangunan rumah ibadah, bangunan sekolah atau pembangunan rumah keluarga miskin. Mereka juga sering terlihat di lapangan olahraga untuk membuka pertandingan sepakbola, atau voli, dan sejenisnya.
Keduanya juga konseptor pembangunan yang handal. Mereka mengerti keinginan warga. Untuk mengerti keinginan warga, seorang pimpinan daerah harus banyak berintegrasi dengan warga itu sendiri. mungkin karena sudah sejak remaja keduanya merupakan sosok yang gemar bergaul, dan merupakan aktifis di sekolah atau kampusnya, sehingga tidaklah sulit bagi mereka bergaul dengan segenap lapisan masyarakat.
Dari hasil pergaulan dengan masyarakat luas itulah lahir ide untuk menerapkan pelayanan prima di setiap SKPD. Hasilnya memang mengagumkan, pemerintah Pusat merespons gebrakan Pemkab Agam tersebut, dengan memberikan penghargaan, dalam bentuk piala citra kepada dua SKPD pecontohan pelayan pu-blik di daerah itu, kantor ca-mat Ampek Angkek, dan Puskesmas Pakan Sina-yan Tilatang Kamang.
Dari hasil kunjungan ke tengah warga itu pulalah lahir perenca naan pemba-ngunan yang aspiratif. Kondisi itu semakin men-dekatkan kedua pimpinan itu dengan rakyat. Kon-disi itu menyebabkan pelaksanaan program nyaris tidak ada kendala.
Keduanya sama-sama serius menangani ber-bagai program pembangunan. Mereka belum akan berhenti melakukan penelitian dan pengumpulan data, sebelum merasa puas dengan hasil survey, seperti dalam pengumpulan data untuk perenca-naan program penanggulangan kemiskinan.
Keseriusan itu telah membuahkan hasil. Ke-rangka pembangunan daerah yang solid sudah dila-hirkan, tinggal lagi pengganti mereka menerus-kannya nanti. Namun banyak kalangan berharap Ardinal Hasan menjadi pengganti Aristo Munan-dar sebagai bupati Agam. Aristo sendiri diharapkan menjadi pimpinan Sumbar.
Harapan itu bukan hanya mencuat dari warga Agam,tetapi juga dari berbagai daerah di Sumbar. Dalam acara Rakor Pemprov Sumbar dengan para wali nagari, kepala desa/lurah se-Sumbar, di Asrama Haji belum lama ini mencuat permintaan peserta Rakor agar Aristo Munandar menjadi gubernur Sumbar masa bakti 2010-2015.
Ardinal Hasan diharapkan menjadi bupati Agam oleh berbagai kalangan masyarakat di kabupaten Agam, keinginan itu mencuat dari kalangan petani, melalui kegiatan kelompok tani di berbagai nagari di daerah itu.
Harapan yang sama juga disuarakan anak nagari berbagai nagari, seperti anak nagari di kecamatan Palupuh, kecamatan Banuhampu, kecamatan Tanjung Raya, kecamatan Candu-ang, kecamatan Ampek Nagari,kecamatan Tanjung Mutiara, dan banyak lagi yang lainnya.
Alasan warga menginginkan Ardinal menjadi pengganti Aristo antara lain agar bisa melanjut-kan konsep pembangunan yang telah dirancang bersama dengan Aristo.
Konsep pembangunan yang telah disusun secara apik, aspiratif dengan prospek sangat menjanjikan, bila tidak ditangani sosok yang kurang mengerti diyakini tidak akan berlanjut. Padahal konsep pembangunan tersebut sudah terbukti kehandalannya, dan berguna bagi pe-ningkatan pembangunan dan kesejahteraan .
Dengan akan berakhirnya masa kepemim-pinan duet amanah di Agam medio Agustus 2010, banyak kalangan yang kuatir konsep pembangunan yang telah tersusun apik, tidak akan dilanjutkan pengganti mereka.
Bila hal itu terjadi, diyakini Agam harus memulai lagi semuanya dari nol. Hal itu harus dicegah, demi kesinambungan pembangunan daerah di se-genap lini.
Aristo dan aparat di Agam, tentu juga tidak mau konsep arah pem-bangunan yang sudah disusun (Perda), diutak-atik tanpa dasar.
" Saya ingin apa yang telah dilahirkan, dilanjutkan. kelak, siapa pun suksesi saya, "ujar SAristo Munandar, di Bukittinggi.

Ingin Jadi Gubernur, Walikota atau Bupati?

Jika pertanyaan judul di atas jawabnya ya, maka bung jangan hanya mengandalkan ambisi, kemampuan teknis, dikenal atau punya canel. Jangan ! Sebab,bilamana tidak punya uang, ambisi itu bisa jadi penyakit ! Karena dalam Pilkada---bagaimana pun---uang akan berperan penting dan menjadi kunci bisa atau tidak memenangi Pilkada.
Kenapa menjadi salah satu syarat mutlak ? Yaaa, untuk jadi bakal calon saja, harus punya uang ! Berapa ? Jumlahnya tidak sedikit, karena angkanya tujuh digit !
Berapa jumlah minimal dibutuhkan untuk menjadi gubernur atau bupati ? Untuk gubernur, minimal Rp. 7 miliar ( 7 M ) dan bupati, paling tidak Rp.3 miliar. Waaah ! Heh ! Lai ado pitih sabanyak tu, ngku ?
Jangan kaget. Jumlah itu, memang jauh lebih besar jika dibandingkan pemilihan lewat lembaga rakyat ( DPRD ). Dalam Pilkada secara langsung, biaya yang dikeluarkan bakal calon( Balon) atau calon, jauh lebih mahal dibanding pemilihan lewat legislatif.
Tahukah Anda, kalau tempo doeloe, kandidat hanya memikirkan nasib anggota dewan terhormat, fraksi atau partai. Intinya, cukup memikirkan 40-an orang, semua selesai.Tiap suara misalnya, hanya Rp. 50 juta. Dana yang dikeluarkan maksimal Rp. 1,5 miliar. Kalau pun lebih, tidak seperti dana yang harus disediakan saat sekarang.
Kenapa minimal Rp. 7 M ? Untuk kendaraan politik saja harus bersaing dengan kandidat lain. Konon, satu kendaraan butuh uang jasa minimal Rp.500 juta.Belum lagi untuk petinggi, sampai pada orang dalam yang berjasa. Misalnya penghubung. Jumlah untuk personal rahasia itu, bisa mencapai Rp. 500 juta.Karena ada sekian nama masuk daftar uang jasa.
Kendaraan opini juga butuh dana besar. Ini kunci untuk mempromosikan atau mengenalkan kandidat.Kendaraan opini ini, bukan saja media masa,tetapi juga brosur, kalender, poster dan macam-macam bersipat promosi. Untuk sektor ini, setidaknya butuh dana Rp. 250 juta.
Berapa TPS? Satu TPS satu saksi. Maka, kalau seorang saksi dengan honor Rp.100.000, minimal butuh dana Rp. 200 juta. Bagaimana kalau saksi lebih banyak ?
Tim sukses, akan menyerap dana sangat besar. Umpamakan tim sukses terorganisasi secara rapi dan berstruktur, akan menghabiskan dana Rp. 400 juta. Kalau pakai kantor segala, bisa membengkak jadi Rp.500 juta, termasuk kendaraan.
Belum lagi dana pembuatan atribut. Misalnya kaos atau selendang. Dana untuk bidang ini minimal Rp. 250 juta. Sementara untuk alkal butuh dana Rp.50 juta, tentu dalam jumlah minimal.
Agar kandidat bisa lebih dikenal dan masyarakat pemilih termotivasi memberikan suara, diperlukan tim perekrut aspirasi. Tiap nagari minmimal satu orang. Berapa dana dibutuhkan ? Jangan harap akan kurang dari Rp. 200 juta. Itu sudah termasuk perekrutan tokoh-tokoh di daerah, baik jorong, nagari mau pun kecamatan. Dan termasuk transportasi ke daerah.
Biaya ini itu, misalnya untuk ngopi psilogis---semacam pedekate---, memerlukan dana Rp. 100 juta. termasuk untuk bantuan ini itu. Perlukah biaya anu ? Ya. Bisa saja Rp. 50 juta.
Bukankah mencapai Rp 3 miliar ? Umpamakan pengeluaran tidak sebanyak itu, OK. Ambil saja 50 persen. Itu artinya Rp 1,5 miliar. Atau dikuduang duo lagi menjadi Rp.750 juta. Untuk jabatan politis butuh dana sebanyak itu ? Kalau dibalikan karupuak jangek, bara truk tu ? Bara truk sanjai tu ? Hehehehe
Artinya, untuk maju menjadi calon diperlukan dana sangat tidak sedikit. Itu untuk pra sampai hari H. Kalau meraih suara terbanyak dan meraih jabatan ( sebagai bupati atau walikota ) akan ada selamatan dan pemberian pitih tarimokasih pada tim sukses.Jumlahnya ? Yaaaa, sapuro gadang lo mah !
Kalau minimal butuh dana Rp.750 juta untuk jadi walikota atau bupati, kenapa seseorang mau ? Kalau menang,okelah bisa dikompensasikan. Kalau kalah? Selama ini, adakah calon kalah jadi senewen, stress atau kanai salai ? Antahlah yuang! Hehehe !
Kalau seseorang calon yang mengeluarkan dana minimal Rp.750 juta sampai Rp1 miliar terpilih jadi walikota atau bupati, apa ia indak ka bapikia untuak mambaliakan modal itu selama menjabat ?
Apa memang ada seseorang mau menghabiskan uang, menguras energi dan mengorban ini itu untuk jadi walikota atau bupati demi pengabdian ? Demi membangun ? Ahk, duto se tu nyoh,ngku! Pasti ada kompensasi material atau konsekuensi logisnya !
Kalau uang jadi syarat mutlak, lalu, kenapa tempo doeloe Gamawan Fauzi dan Marlis Rahman ( Dikenal dengan inisial Gamma ) bisa menang ? rajo imbang

Sumbar dan Maksiat



Sumbar dan Maksiat = Sangat Memalukan
Awal Januari 2008, saya kembali ke kampung tercinta, Ranah Minang. Ya, saya menikam jejak nostalgia dan melepas rindu pada negeri Bundokanduang, setelah sekian bermukim di Bangka Belitung. Di pulau Bangka, Saya selalu membanggakan Sumatera Barat ( atau Minangkabau ) sebuah negeri yang masyarakat-nya taat pada adat dan alim menjalankan ibadah. Negeri penuh nilai-nilai adat budaya, karena menganut adaik basandi syarak, syarak basandi ktabullah.

Tetapi, tatkala beberapa hari di Pa-dang, rasa bangga itu meleleh deras. Luluh! Saya jadi malu sendiri. Karena, ternyata daerah Tuah Sakato ini, seperti tidak lagi bapaga adat jo agamo. Premanisme me-nyolok, kasus Narkoba menonjol, pengi-dap HIV/AIDS tidak sedikit dan kaum mudanya, mulai terjebak free sex. Pros-titusi juga marak dan bisa ditemui di tro-toar!
Bathin saya menangis. Seakan tidak percaya dengan apa yang saya lihat, tatkala raun malam di Padang. Saya juga trenyuh membaca berita head line MEDIA SUMBAR edisi : 300 Tahun VII, Ra-bu 14 Januari 2009 berjudul : Sumbar Alami Degradasi Moral dengan sub judul Dampak Kasus Free Seks, HIV.AIDS dan Narkoba Kaum Muda. Di halaman 8, juga berita dengan tajuk : Kita Munafik! Edisi
Benarkah data yang disajikan? Jika disimak, data itu akurat karena berda-sarkan data Dinkes dan hasil penelitian ( Juga dikutip berita di edisi sebelumnya ). Sungguh ironis, kasus HIV-AIDS di Sum-bar meningkat. Data itu menunjukkan bahwa maksiat di daerah yang bapaga adat jo agamo, begitu merisaukan. Sebuah kenyataan yang semestinya tidak terjadi di Minangkabau.
Namun itu yang terjadi, seks bebas atau praktik asusila sepertinya berkem-bang bagaikan api memakan sekam (tidak tampak ke permukaan namun terus menjalar).
Kasus HIV-AIDS merupakan bukti tak terbantahkan dan benar-benar me-nyentakkan.Moralitas generasi muda Minang yang katanya kental dengan kehidupan adat dan agama,pun mulai dipertanyakan.
Apakah ini juga bukti degradasi dan kekropasan moral? Jika jawabannya ya!Maka ini sangat mema-lukan dan mencoreng Sumbar yang kualitas mental spritual-nya cukup teruji.
Tetapi itu hanya euforia masa lalu,sekarang mulai ter-kikis,paga adat jo agama yang selalu dibanggakan sebagai sebuah kekuatan moral,kini mulai melapuk dan rapuh.
Anak muda minang yang dulunya santun dan bijak dalam bertindak, sekarang mulai meninggalkan sarak (aga-ma).Demikian juga dengan anak gadih minang dulu berkerudung, namun sekarang mulai buka tenda (buka rambut dan berpakaian ketat).
Rasa malu melakukan kemaksiatan mulai hilang.Malu hanya secara terbuka, tidak secara terselubung alias maksiat terselebung.Ketika muncul wacana ada-nya lokalisasi di Sumbar,menimbulkan re-aksi dan kritikan keras dari Pemerin-tah,lembaga adat dan agama karena tidak pantas ada di Sumbar yang kental dengan kehidupan adat dan agama.Sangat mema-lukan dan mencoreng marwah serta nama baik Sumbar.
Itu wajar dan patut didu-kung.Namun anehnya,kendati lokaliasi dilarang tetapi panti rehabilitasi bagi pelaku asusila justeru disediakan.Kebijakan moral yang membingung-kan,disatu sisi lokalisasi dila-rang namun panti rehabilitasi justru disedikan.
Lantas, apakah panti rehabilitasi menguatkan bukti bahwa kemaksiatan di daerah ini semakin merajalela?Bisa saja begitu. Sebab,banyak tempat dijadikan lokasi maksiat terselebung.Ada warung dan rumah yang diduga multifungsi, tem-pat berjualan bagi pemiliknya sekaligus disediakan kamar tempat esek-esek.
Bahkan,di salah satu penginapan di Kota Padang diduga dijadikan tempat lo-kalisasi yang dibacking aparat.Tempat maksiat tersebut tidak tersentuh dan tetap beroperasi hingga kini.
Belum lagi di kawasan tertentu di da-lam kota yang diduga menjadi tempat transaksi seks.Ditambah lagi transaksi seks via telepon seluler,sistem antar jem-put yang diduga dilakukan oknum maha-siswa di sebuah perguruan tinggi alias ayam kampus.Para wanita pria (waria) pun bergerilya mencari pelanggan, mela-yani nafsu lelaki hidung belang yang ingin mendapatkan kenikmatan sesat.
Kondisi ini adalah bukti bobroknya moral dan perlu disikapi secara bersa-ma.Tidak hanya tanggungjawab peme-rintah tetapi berbagai elemen diantaranya tokoh adat, agama, pemuda, wanita dan para orangtua di rumah juga berperan merehabilitasi moralitas anaknya.
Diperlukan solusi cerdas dan tepat untuk mengatasi persoalan tersebut, bukan hanya melarang mendirikan lokali-sasi tetapi kebijakan tepat untuk memu-tus mata rantai berkembangnya maksiat di daerah ini.
Meningkatnya kasus HIV-AIDS bah-kan Sumbar masuk lima besar (berdasar-kan data nasional), bisa dijadikan bukti bahwa kemaksiatan di daerah ini makin tak terbendung dan perlu segera diatasi untuk menyelamatkan moral kaum muda.
Sangat memalukan, Sumbar yang di-kenal dengan daerah yang beradat dan ber-agama namun kasus seks bebas cukup tinggi. Ada apa dengan Sumatera Barat? Provinsi Bangka Belitung saja yang meru-pakan daerah kepulauan tidak demikian halnya.
Padahal transaksi perdagangan antar pulau di daerah itu sangat tinggi yang ber-potensi maraknya terjadi berbagai kasus maksiat.Namun kasus HIV-AIDS di daerah itu sangat rendah.
Bangka Belitung memiliki lokalisasi, kafe dan tempat hiburan lainnya sebagai lokasi transaksi seks,namun tidak mendo-rong terjadinya peningkatan kasus HIV-AIDS. Justeru di Sumbar terjadi sebalik-nya,kenapa dengan Sumbar. Apakah diperlukan lokalisasi, tentu saja tidak karena bertentangan dengan kultur dan filosofis daerah ini.
Mungkin diperlukan sebuah kebija-kan, komitmen, tekad dan iktikad bersama memberantas serta memerangi maksiat di daerah ini. Sebenarnya sudah dilakukan, tetapi diperlukan action lebih tegas yakni kolaborasi antara penguatan pendidikan agama dan kebijakan pemerintah tentang pencegahan kemaksiatan.
Bisa dan maukah?? a.bakri bakar, sh

Tips Jika Terjadi Gempa

Jangan Lari ke Balik Pintu....!
Kalau terjadi gempa, apa yang harus dilakukan ? Ingat dan pahami sepuluh tips yang disarikan dari ari artikel Doug Copp mengenai Segitiga Kehidupan
1. Jangan Duduk Saat Runtuh
Jangan hanya menunduk dan berlindung ketika ba-ngunan runtuh.Resiko sangat besar. Lari ke arah terbuka.
2. Meringkuk di Ruang Sempit
Cari posisi di samping suatu benda ( misalnya sofa ), di samping benda besar yang akan remuk sedikit, tapi menyisakan ruangan kosong di sebelahnya.
3. Bangunan Kayu
Bangunan dari kayu adalah tipe konstruksi yang paling aman selama gempa bumi. Kayu bersifat lentur dan bergerak seiring ayunan gempa. Jika bangunan kayu ternyata tetap runtuh, banyak ruangan kosong yang aman akan terbentuk. Di samping itu, bangunan kayu memiliki sedikit konsentrasi dari bagian yang berat.
4. Lantai Tempat Tidur
Jika kita berada di tempat tidur pada saat gempa terjadi, bergulinglah ke samping tempat tidur. Karena ada ruangan kosong yang aman. Hotel memiliki tingkat keselamatan yang tinggi dengan hanya menempelkan peringatan di belakang pintu agar tamu berbaring di lantai di sebelah tempat tidur jika terjadi gempa.
5. Amankan Diri Dekat Sofa
Jika terjadi gempa dan tidak dapat keluar bangunan, maka berbaringl/meringkuk di sebelah sofa atau kursi besar.
6. Jangan di Belakang Pintu
Jangan berlindung di belakang pintu. Hampir semua orang yang berada di belakang pintu pada saat bangunan runtuh akan meninggal. Jika pintu rubuh ke samping,kemungkinan untuk selamat sangat kecil!
7. Jangan Berlari melalui Tangga.
Jangan ke tangga. Sebab,tangga memiliki momen frekuensi yang berbeda ( tangga akan berayun terpisah dari bangunan utama). Tangga dan bagian lain dari bangunan akan berbenturan satu sama lain sampai terjadi kerusakan struktur. Bahkan, jika bangunan tidak runtuh, jauhilah tangga.
8. Keluar Ruangan
Berdirilah di dekat dinding paling luar dari bangunan atau di sebelah luarnya (jika memungkinkan).
9. Keluar dari Kendaraan
Korban gempa San Fransisco yang bertahan di dalam kendaraan, akhirnya meninggal. JIka gempa, keluar dari kendaraan dan berbaring di sebelah kendaraan. Kendaraan yang hancur, memiliki ruangan kosong yang aman setinggi 1 meter di sampingnya.
10. Tumpukan Kertas
Kertas tidak memadat. Ruangan kosong yang besar ditemukan di sekitar tumpukan kertas-kertas. JIka ada tumpukan kertas, berlindunglah di sana.

Kayo Energi jo PLT, tapi Lampu Acok Pudua?

Visi 75-100 PLN sangat hebat. Di Sumbar, PLN bersama pihak luar PLN dalam mendukung Visi 75-100 adalah penambahan pembangkit baru. Jika tak ada kendala, PLTU Teluk Sirih akan masuk dalam system interkoneksi Sumatera, PLTU Teluk Sirih berkapasitas 2x100 MW yang merupakan bagian dari program percepatan 10.000 MW PLN
Kendati kenyataannya pemadaman listrik tetap saja jadi problem masyarakat Sumbar. Ke PLN, umpatan dan kekesalan hampir tiap hari datang. Fenomena seperti ini tidak akan menyelesaikan persoalan, karena masyarakat Sumbar dan PLN pun tentu sama-sama punya harapan besar agar listrik selalu menyala.
“Kami ditanyakan seperti itu, bahkan banyak menyalahkan PLN. Barangkali karena, sebagian masyarakat belum mengetahui apa persoalan terjadi. Perlu diketahui, defisit penggunaan listrik di Sumbar mencapai 200 MW setiap hari. Koneksi dalam jaringan interkoneksi sumatera bagian Selatan sangat membantu kita,”ujar Dodi Budiawan, didampingi Deputy Manager Humas PLN Wilayah Sumbar, Asril. K
Memang banyak pembangkit listrik di Sumbar, daya terpasang seluruh pembangkit mencapai 517 MW, tetapi hanya mampu memasok sentrum 487 MW
Pembangkit itu adalah PLTU Ombilin 2x100, PLTA Singkarak 175 MW, PLTA Maninjau 68 MW, PLTA Batang Agam 10,5 MW dan PLTG Pauah Limo, Padang 64,1 MW
“Berbagai penyebab tidak maksimalnya pembangkit listrik menghasilkan daya. Namun, faktor usia sangat menetukan. Rata-rata usia pembangkit di Sumbar hanya 10 tahun.
Khusus PLTA, kini kemampuan hutan tidak menjamin. biasnya pasokan air penggerak turbin terganggu, laju pemasangan baru pun tidak sesuai daya yang tersedia.
Untuk Sumbar, tingkat pertumbuhan pengguna listrik dalam setahun rata-rata 6-8 persen. Penambahan ini belum diiringi dengan daya tersedia. Sejak 1997 pemerintah tidak mampu membangun pembangkit baru akibat imbas dari krisis ekonomi.
Pada listrik swasta, di Pesisir Selatan (PLTU Kambang). Dalam rencana pengembangan fisik pembangkit 2009-2019 dicamtumkan total penambahan pembangkit di Sumbar 440 MW. Masing-masing di tahun 2013 sebesar 200 MW, tahun 2015 sebesar 110 MW,2017 sebesar 17 MW, 2018 dan 2019 sebesar 55 MW, dengan total dari tahun 2009 hingga 2019 untuk sumatera 7.870 MW.” Ujar Asril
Suplai lain untuk Sumbar yaitu dari listrik swasta seperti pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). hingga sekarang PLN telah menjalin banyak kerja sama dengan investor PLTMH dalam dan luar negeri berkapasitas 19,4 MW
Kedepan, PLN akan terus melakukan perluasan pada jaringan tegangan menengah (20 Kilovolt), dengan berope-rasinya pembangkit-pembangkit baru perlu penambahan gardu induk (GI) guna pe-nyaluran pasokan listrik ke konsumen, hingga 2010 nanti juga akan dibangun GI seperti GI Bungus, Simpang Empat, Sungai Penuh, kambang dan Pariaman
Menghadapi lebaran tahun ini, PLN tak ada pemadaman bergilir, karena Pembangkit di Sumatera Bagian Te-ngah kondisinya sudah tidak defisit lagi, Listrik Sumbar saat ini juga telah terinterkoneksi dengan listrik Sumatera.
Ini terdiri tiga bagian yaitu Sumatera Bagian Utara, terdiri dari Aceh dan Sumatera Utara, Sumatera Bagian Te-ngah terdiri dari Sumbar, Riau dan Jambi, sedangkan Sumatera Bagian Selatan, Sumsel, Bengkulu dan Lampung. Jika listrik Sumbar defisit akan dipasok dari Sumatera Bagian Tengah atau dari Sumatera Bagian Utara dan Sebaliknya
Terjadinya pemadaman listrik bergilir di luar Jawa, ujar Ketua Serikat Pekerja PT PLN Pusat, Daryoko, bukan karena pembangkit dan transmisi yang rusak atau debit air. Penyebab utamanya, PLN tidak memiliki dana membeli minyak dan gas untuk menggerakkan pembangkit dan tidak ada dana melakukan perawatan. Karena 50 persen dari dana operasional PLN di luar Jawa digunakan untuk proyek 10 ribu MW Jawa-Bali yang gagal didadai investasi asing
“Operasional PLN di luar Jawa dipotong 50 persen, di Sumatera banyak pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), jika debit air kurang, bisa saja beli gas atau minyak, tetapi masalahnya PLN tidak punya dana untuk itu, solusinya yang dilakukan pemadaman bergilir
Saidal Masfiyuddin, Anggota DPRD Sumbar mengatakan, Daya listrik kita di 2007 masih surplus sebesar 100 MW, asalkan pembangkit efektif, menurutnya tinggal memperbaiki manajemen PLN saja
“PLN mesti ada perencanaan yang kompre-hensif untuk perawatan, termasuk alokasi anggaran yang dibutuhkan, spare part yang digunakan untuk pembangkit dan kebutuhan lainnya harus benar-benar berkualitas. Jadi tidak sering penggantian baru, begitu juga dengan batubara, kualitasnya pakailah yang terbaik, jangan membeli batubara yang kalori rendah, karena jika sulfus tinggi bisa mempercepat rusaknya mesin, belilah semua peralatan standar,” ujarnya
Saidal mengatakan, sudah saatnya didatangkan audit independent mengecek persoalan riil yang dialami PLN, jika memang terdapat persoalan harus diproses secara hukum, dan seharusnya PLN menyediakan cadangan listrik dua kali lipat dari kebutuhan. Untuk itu,mesti ada pembangkit baru guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang selalu meningkat, karena masyarakat tetap berharap agar PLN mampu menyelesaikan persoalannya agar listrik selalu hidup.
Tapi, meski Sumatera Barat sangat kaya dengan pembangkit listrik, tetapi pemadaman masih sering terjadi. Ada satu anekdot di tengah masyarakat : Energi awak banyak. Tapi, baa kok lampu acok pudua? A gunonyo banyak pambangkit sarupo PLTA,PLTU jo PLTD tu hah?