Rabu, 18 Maret 2009
Istana Diserbu, Presiden Madagaskar Mundur
Krisis politik di Madagaskar mencapai puncaknya kemarin (17/3). Setelah penyerbuan ke istana kepresidenan yang dilakukan militer yang berpihak ke tokoh oposisi Andry Rajoelina, Presiden Marc Ravalomanana yang terpojok di kediaman resminya, Istana Iavoloha, akhirnya memilih mengundurkan diri.
Dia menyerahkan tampuk kekuasaan kepada militer. Kepada Reuters, juru bicara kepresidenan menyatakan kalau Ravalomanana memilih tokoh paling senior di militer, Laksamana Hyppolite Ramaroson sebagai penggantinya. Sesudahnya, Ravalomanana meninggalkan Iavoloha menuju tempat yang dirahasiakan.
"Keputusan itu diambil (Presiden Ravalomanana) setelah melalui analisa terhadap situasi terakhir," kata sang juru bicara yang tak disebutkan namanya.
Tapi, kendati Ramaroson yang ditunjuk, kekuasaan, tampaknya, akan tetap berada di tangan Rajoelina yangsudah mendeklarasikan dirinya sebagai presiden. Mantan wali kota Antananarivo yang dipecat Ravalomanana Februari lalu itu didukung penuh militer. Mantan disk jockey berusia 34 tahun itu berjanji akan menggelar pemilu dan menelurkan konstitusi baru dalam waktu 24 bulan ke depan.
Tak ada korban jiwa saat militer mengambil alih istana kepresidenan dan bank sentral kemarin yang langsung dikutuk Uni Afrika dan Uni Eropa itu. Saat kudeta berlangsung, Ravalomanana berada Iavoloha, sekitar 10 kilometer dari istana kepresidenan. Para pendukung presiden yang terpilih untuk kali kedua pada 2006 itu membentuk pagar hidup di sekitar Iavoloha. Mengutip BBC, Ravalomanana juga sempat menegaskan bakal bertahan sampai titik darah penghabisan bersama para loyalisnya tersebut.
Kubu oposisi menyebut Ravalomanana sebagai otokrat yang memimpin negeri bekas jajahan Prancis itu seperti perusahaan pribadi. Di bawah desakan agar presiden segera mundur yang mulai berkobar sejak pemecatan Rajoelina Februari lalu, Ravalomanana mengusulkan referendum supaya rakyat bisa memilih siapa yang berhak memimpin negeri yang merdeka pada 1960 tersebut. Namun, Rajoelina menolak tawaran tersebut. Dia malah meminta agar tentara menahan sang presiden.
Kendati jelas-jelas yang bergerak adalah pasukan yang berpihak kepadanya, Rajoelina membantah memerintahkan penyerangan tersebut. Selama ini, militer Madagaskar selalu berusaha bersikap netral. Tapi, Kepala Staf Angkatan Darat Madagaskar Kolonel Andre Ndriarijaona memastikan kalau kali ini militer akan berpihak kepada mereka yang berjuang untuk rakyat.
"Kami akan selalu berada di belakang rakyat Madagaskar. Kalau Andry Rajoelina bisa menyelesaikan masalah negara ini, kami akan mendukung dia," ujar Ndriarijaona.
Di bawah kepemimpinan Ravalomanana yang berkuasa kali pertama pada 2002, Madagaskar kian terbuka pada investor asing, terutama di sektor pertambangan. Namun, menurut laporan Bank Dunia, 70 persen dari 20 juta warga negeri itu masih hidup hanya dengan USD 1 (sekitar 12 ribu) per hari
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar