Rabu, 16 September 2009

Aristo Memberi Prestasi dan Prestise



Duet pimpinan Agam, H. Aristo Munandar-H. Ardinal Hasan, yang lebih dikenal dengan duet Amanah, kini memasuki tahun ke-5. Empat tahun sudah berlalu. Sudah banyak hasil pekerjaan mereka untuk daerah. Bahkan bejibun prestasi membanggakan sudah diraih, baik di tingkat Sumbar, maupun tingkat nasional. Semua itu berkat kekompakan para pelaku pembangunan di daerah berlambangkan Harimau Campo itu, di bawah koordinasi duet Amanah.
Aristo sendiri mengakui, tanpa sebuah kebersamaan, dan saling pengertian antar lini di daerah itu, sulit mendayung biduk Agam menuju pulau harapan. Karena ombak dan badai, diperparah dengan batu karang menghadang perjalanan kapal besar Agam, yang dinakhodai duet Amanah.
Angin topan dan gelombang kehidupan menghadang kapal Agam, yang terseok-seok mencari jalan di celah batu karang tajam. Salah sedikit saja akan mengakibatkan kapal pecah dan karam. Semua itu membuat duet nakhodanya sangat berhati-hati dalam mengendali kapal. Begitulah kira-kira gambaran Agam dalam mendayung kehidupan dan pembangunan daerah.
Namun berkat kebersamaan yang solid para pelaku pem-bangunan dan segenap warga, Agam telah mampu melayarkan bahtera menuju pulau impian, yaitu kesejahteraan bagi seluruh warga daerah.
Kebersamaan terliaht nyata dalam setiap proses perencana-an,pelaksanaan, dan pengawasan serta pemeliharaan hasil pembangunan. Di tingkat nagari, segenap anak nagari bersatu padu melakukan gerakan pembangunan, di bawah koordinasi wali angari dan perangkatnya,sera didukung segenap lembaga yang ada. Keterpaduan itu terliaht jelas dalam setiap derap langkah pembangunan. Sebut saja dalam pembangunan pola goro badunsanak, perbaikan, yang populer dengan sebutan bedah rumah keluarga miskin, perencanaan pembangunan nagari. Semua itu masih kental dengan rona dn semangat gotong-royong.
Di tingkat kecamatan kebersamaan itu juga terlihat, teruama dalam proses perencanaan pembangunan kecamatn, yang dilaskanakan dalam Musrenbang tingkat kecamatan. Dalam kegiatan itu dibahas, dan diputuskan dengan musyawarah, prioritas usulan pembangunan yang akan diusulkan sebagai rencana pembangunan kecamatan. Kemudian, di tingkat kabupaten, usulan dri kecamatan dibahas lagi,untuk menentukan prioritas pembangunan daerah.
Peranan DPRD Agam dalam musyawarah pembangunan daerah (Musrenbang) sangat strategis. Anggota dewan, yang mengetahui dengan baik aspirasi warga akan menyuarakannya dalam Musrenbang. Dalam pembahasan prioritas pembangunan daerah,yang akan dituangkan dalam bentuk rencana pemba-ngunan daerah, buah pikir dan sumbang saran dari pihak DPRD Agam sangat menentukan. Begitu juga dengan masukan dari berbagai pihak, seperti dewan ekonomi daerah, dewan pendidikan, LKAAM, MUI, dan lainnya.
Kebersamaan juga terlihat nyata dalam pembagian job dan kewenangan duet pimpinanan daerah. Bahkan sampai pada penetapan piket di Agam belahan timur juga diatur, sehingga pelayanan bisa dilakukan terhadap warga semakin membaik.
Berbicara masalah pelayanan, Pemkab Agam memang sudah memikirkan sampai demikian detilnya. Karena duet pimpinan daerah menyadari arti penting pembenahan dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Cara yang dilakukan sejak dulu, semakin disempurnakan. Kalau dulu ada namanya pelayanan satu pintu, kemudian disempurnakan dengan mendirikan Pusat pelayanan Masyarakat (Pusyanmas) di Jirek, Bukittinggi. Semua itu dimaksudkan untuk memudahkan warga,khususnya yang berdomisili di Agam belahan timur mendapatkanpelayanan yang mereka butuhkan.
Merasa belum puas dengan apa yang telah dicapai dalam pelayanan publik, Pemkab Agam kemudian melakukan angket di tingkat kecamatan. Para responden, warga kecamatan bersangkutan, dipersilakan menyampaikan usul saran,dan laporan apa adanya tanpa adanya rekayasa. Hasilnya dijadikan bahan untuk menyempurnakan pelayanan di tingkat kecamatan. Lalu, dua SKPD dipadikan sampel pelayanan publik, yaitu kantor camat IV Angkek, dan Puskesmas Pakan Kamih kecamatan Tilatang Kamang.
Hasilnya sangat menggembirakan. Dari hasil penilaian tim penilai pelayanan publik Sumbar, kedua SKPD tersebut ternyata meraih nilaitertinggi di Sumbar. Bahkan tim penilai tingkat nasional memberikan hasil yang sama dengan tim propinsi. Sehingga tahun lalu Agam memperoleh dua Piala Citra bidang pelayanan publik. Bupati Agam juga memperoleh penghargaan khusus karena dinilai berhasil meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Sedangkan Kantor Camat Ampek Angkek dan Puskesmas Pakankamaih dijadikan model penerapan pelayan publik di SKPD lainnya di tingkat kecamatan. Kini, seluruh kecamatan di Agam sudah memiliki standar pelayanan publik, yang menjadi acuan bagi segenap aparatur di kantor camat, dan Puskesmas di daerah itu.
Keberhasilan itu memacu semangat pengambil keputusan di Agam untuk meningkatkan kualitas pelayanan di tingkat kabupaten. Salah satu kebijakan monumental yang diambil adalah mendirikan Kantor Pelayanan Terpadu (KPT). KPT juga menempatkan petugasnya di bekas Pusyanmas, di Jirek Bukittinggi, untuk melayani warga di Agam belahan timur.Warga dapat memperoleh pelayanan standar.
Penanggulangan Kemiskinan
Di sisi lain, banyak pula masalah internal yang perlu di-tangani dengan sebaik mungkin. Antara lain masalah kemiskinan, pengangguran, dan masalah sosial lainnya yang tidak bisa dipandang enteng.
Kemiskinan memang bukan hanya masalah Agam, tetapi sudah menjadi masalah nasional dan dunia. Walau demikian, Pemkab Agam di bawah pimpinan Duet Amanah, tidak menunggu begitu saja mengucurnya dana dari pusat. Ada upaya agar penanggulangan kemiskinan berjalan sesuai kemampuan maksimal. Maka disusun rencana penanggulangan kemiskinan berbasiskan mesjid. Maksudnya, mesjid dijadikan pusat kegiatan penanggulangan kemiskinan di tingkat paling bawah.
Di nagari dibentuk tim koordinasi penanggulangan kemiskinan (TKPK) nagari. Begitu juga di kecamatan, dan di tingkat kabupaten Agam. Semua kerja dibagi habis, sehingga tidak ada job yang tidak tertangani. Kondisi itu menyebabkan segenap lini di nagari mendapat porsi tanggung jawab sesuai dengan posisi mereka. Misalnya, ninik mamak mendapat tanggung jawab untuk membina dan mengkoordinasikan upaya penanggulangan kemiskinan di tingkat kaumnya. Alim ulama juga mendapat tanggung jawab membina mental keluarga miskin, agar mereka memiliki semangat untuk membebaskan diri dari jeratan kemiskinan.
Di sisi lain, para pemuka masyarakat,yang dikenal dengan pangilan urang nan ampek jinih, juga melakukan upaya mencari dana untuk membiayai program penanggulangan kemiskinan. Hal itu sangat memungkinkan,karena hubungan pemuka masyarakat dengan perantau sukses terbilang erat. Keeratan itu dimanfaatkan untuk menggaet dana dari perantau, yang antara lain digunakan untuk perbaikan rumah tak layak huni milik keluarga miskin.
“Kita memang menitikberatkan program penanggulangan kemiskinan pada sektor pemberdayaan. Dengan member-dayakan keluarga miskin, mereka akan dapat membebaskan diri mereka sendiri dari kemiskinan,” ujar Aristo.
Pemberdayaan dimaksud, menurut Ardinal Hasan melalui berbagai cara. Antara lain dengan membekali keluarga miskin dengan ilmu dan keterampilan, membantu modal usaha, dan membantu pemasaran produk keluarga miskin. Di sisi lain, membentuk mental mereka menjadi seorang wirausahaan handal, memiliki semangat juang dan daya saing, serta semangat untuk membebaskan diri dari belenggu kemiskinan.
“Bila seorang keluarga miskin tidak memiliki semangat untuk membebaskan diri dari belenggu kemiskinan, maka akan sulit bagi siapa saja untuk membebaskannya dari kemelaratan. Kunci keberhasilan penanggulangan kemiskinan adalah semangat yang membara dari keluarga miskin untuk membebaskan diri dari kemiskinan,” ujar Ardinal.
Dengan demikian, pemerintah menjadi motivator, inovator, dan fasilitator dalam program penanggulangan kemiskinan. Yang melaksanakan program itu sendiri adalah keluarga miskin
Peningkatan Kualitas Pendidikan
Karena sesungguhnya salah satu penyebab kemiskinan adalah lemahnya semangat untuk meraih keberhasilan. Semangat itu melemah akibat kurangnya ilmu pengetahuan, termasuk dalam ilmu agama. Orang yang kurang pengetahuan juga kurang memiliki keterampilan. Orang yang kurang pengetahuan di bidang agama akan jauh dari Allah SWT. Padahal yang memberi rezeki adalah Allah SWT. Tidak mengherankan bila orang yang kurang pengetahuan akan menjadi melarat.
Menyadari hal demikian, Aristo dan Ardinal berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di daerah itu. Caranya, membangun sekolah baru, dan memberikan kemudahan bagi keluarga kurang mampu agar mereka dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain, pendidikan keterampilan juga diintensifkan di berbagai lini. Sebut saja pendidikan luar sekolah yang dibantu dan dibina pemerintah. Di sisi lain, pihak Dinsosnaker memberikan pendidikan dan pelatihan untuk remaja dan pemuda putus sekolah. Begitu juga dengan pihak Dinas Pendidikan, dan lainnya.
Bagi petani potensial akan dikirim magang ke IPB Bogor, guna mempelajari lebih dalam bidang pertanian yang mereka tekuni. Bidang pertanian merupakan tonggak perekonomian rakyat Agam. Pertanian tradisional secara bertahap diganti dengan pertanian modern. Di samping itu usaha pengolahan bahan mentah menjadi bahan baku dan bahan jadi semakin diminati petani Agam.
“Semua program pembangunan sumber daya manusia difokuskan pada pemberdayaan. Apa pun jenisnya, muaranya adalah pemberdayaan. Maksudnya, setiap pembangunan sumber daya manusia bertujuan untuk memberdayakan manusia Agam, sehingga mereka menjadi sumber daya manusia handal sebagai penggerak dan pelaku pembangunan,” ujar Ardinal.
Dengan demikian, nanti Agam akan memiliki manusia handal. Manusia yang tidak lagi tergantung pada pemerintah, tetapi mampu membantu pemerintah membangun daerah. Manusia yang taat melaksanakan perintah Allah SWT, dan menerapkan ajaran adat dalam kehidupan sehari-hari. Bila itu sudah terwujud, barulah cita-cita Agam madani menjadi kenyataan.
Banyak alasan mengapa program penanggulangan kemiskinan di Agam dilaksanakan. H. Aristo Munandar yang sangat peduli dengan nasib rakyatnya itu, menyebutkan, dalam Al-Qur’an banyak terdapat perintah Allah terhadap umat yang mampu untuk membantu si lemah dan semiskin.
“Bukalah surat Al Baqarah ayat 177, 215, 254, 261; surat An Nisa’ ayat 8, ayat 36; surat Ali Imran ayat 92, dan banyak lagi yang lainnya. Allah meng-ingatkan hambanya agar selalu menyantuni,membantu, dan me-nolong si lemah dan semiskin. Itu juga merupakan perintah ke-pada pemimpin agar berupaya memerangi kemiskinan dan ketidakberdayaan rakyat yang dipimpinnya,” ujarnya.
Ia menyebutkan, salah satu penyebab seseorang masuk neraka adalah tidak melakukan shalat dan tidak mau membantu kehidupan orang miskin, seperti dinyatakan dengan jelas dalam ayat 42 dan 44 surat Al Muddatsir. Kemudian orang yang menghardik anak yatim/piatu, dan tidak memberi makan orang miskin, adalah pendusta agama.
Aristo dan Ardinal mengaku tidak ingin masuk neraka, dan tidak ingin disebut pendusta agama. Mereka juga mengajak segenap aparatur Pemkab Agam, dan seluruh warga Agam agar tidak termasuk orang yang mendustakan agama, dan tergolong orang yang dinyatakan akan masuk neraka nantinya. Caranya, santunilah orang miskin, dan anak yatim/piatu. Berusahalah agar keluarga miskin mampu membebaskan diri mereka dari kemiskinan.
Agam makin sejahtera. Ini buah pengabdian tanpa batas Aristo selama sepuluh tahun, termasuk duEt dengan Ardinal Hasan.

Tidak ada komentar: