Rabu, 16 September 2009

Ingin Belajar Kelola Kemiskinan? Datang Saja ke Agam!

Keberhasilan Agam melaksanakan program penanggulangan kemiskinan bukan saja mendapat acungan jempol dari beberapa warga, tetapi juga mendapat pujian dari Mensos RI, H. Bachtiar Chamsyah. Bahkan, menurut Bachtiar Chamsyah, bila ingin belajar mengelola kemiskinan,belajarlah ke kabupaten Agam.
Pernyataan bernada pujian itu dilontarkan Mensos dalam sebuah pertemuan di kabupaten Agam, dalam kunjungannya ke Sumbar belum lama ini. Mensos sebelumnya mendapat penjelasan dari Bupati Agam H. Aristo Munandar seputar perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di daerah itu.
Di jelaskan, sebelum menyusun perencanaan, tim khusus bentukan bupati dan wakil bupati telahmelakukan survey awal. Tim tersebut turun langsung ke jorong-jorong yang ada di setiap nagari dalam kabupaten Agam. Hasil survey disampaikan kepada bupati. Kemudian dibicarakan lagi dalam forum terbatas, beranggotakan SKPD terkait, dan unsur Muspida Plus. Hasilnya menyimpulkan, data hail survey awal harus dimatangkan lagi, dengan langsung melakukan pertemuan dengan keluarga miskin di setiap nagari.
Bupati dan wakil bupati turun langsung memimpin tim pematangan data. Tim bukan hanya berdialog dengan keluarga miskin dan tokoh masyarakat bersangkutan, tetapi juga meninjau langsung kondisi rumah tempat tinggal keluarga miskin.
Hasilnya, diperoleh data akurat seputar keluarga miskin,lengkap de-ngan penyebab kemiskinannya. Dari data tersebut lalu diambil langkah strategis penanggulangan kemiskinan, yang langsung menyentuh sendi dasar kehidupan keluarga miskin tersebut.
Strategi operasional pun disusun, dengan melibatkan pemuka masyarakat, yangdikenal dengan urang nan ampek jinih, yaitu ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai, dan bundo kanduang, di samping pimpinan formal di tingkat jorong dan nagari. Semula direncanakan penanggulangan kemiskinan di daerah itu berbasiskan nagari.
Dalam perkembangannya timbul ide bernas dari bupati Agam untuk menja-dikan mesjid sebagai pusat komando program penanggulangan kemiskinan di daerah itu.
Yang mendasari pemikiran demikian, antara lain mesjid adalah pusat pemersatu umat di ranah Minangkabau. Di mesjid bisa dilakukan musyawarah pembangunan kampung halaman.
Manajemen mesjid yang terbuka, dan bis dilihat siapa saja dan kapan saja, merupakan sebuah manajemen yang pantas ditiru, terutama dalam manajemen keuangan penanggulangan kemiskinan.
Di sisi lain, masih banyak keluarga miskin yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap Allah SWT. Mereka jarang shalat, dan tidak pandai tulis baca al-Qur’an. Artinya, mereka jarang datang ke mesjid. Dengan menjadikan mesjid sebagai pusat komando program penanggulangan kemiskinan, mau tidak mau keluarga miskin,terutama kepala keluarganya harus datang ke mesjid. Setidaknya untuk mengikuti rapat anggota kelompok kemiskinan.
Dengan datang ke mesjid, mereka juga akan mengikuti shalat berjamaah, sebelum pertemuan kelompok dimulai. Bila mereka tidak mengikuti shalat jamaah,biasanya shalat zuhur dan ashar, mereka tidak akan memperoleh prioritas kredit dari BMT Agam Madani.
Akhirnya, keluarga miskin tersebut termotivasi untuk mempelajari shalat, dan membaca al-Qur’an. Itu berarti mereka mulai mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, salah satu penyebab kemiskinan telah terhapuskan dari kehidupan mereka.
Pola musyawarah sangat kental meronai proses penanggulangan kemiskinan di kabupaten Agam. Dengan musyawarah, anggota kelompok kemiskinan bisa mengembangkan diri, seperti menerima keputusan bersama, menerima pendapat yang baik untuk perbaikan nasib mereka, dan belajar bagaimana memenej diri dan emosi mereka.
“Mereka juga belajar berdisiplin. Pertemuan dengan waktu yang telah ditentukan, mengajarkan kepada mereka mempergunakan waktu secara efisien dan tepatguna,” ujar Aristo lagi.
Dengan mengkaji segenap as-pek, termasuk peluang kegagalan program, pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Agam bisa mengantisipasi secara dini kegagalan yang mungkin timbul dalam proses pelaksanaan program.
Itulah yang membuat seorang Bachtiar Chamsyah merasa kagum, dan tertarik untuk membantu program yang dilaskanakan Pemkab Agam.
Buktinya, Mensos selalu men-dukung program penanggulangan kemiskinan di daerah itu setiap tahun. Dukungan yang sangat dira-sakan Pemkab Agam dan warga ada-lah bantuan pembangunan rumah (bedah rumah) keluarga miskin.
Tahun ini mensos mengalo-kasikan dana untuk biaya bedah rumah 209 rumah keluarga miskin di Agam, yang berlokasi di keca-matan Tanjung Raya (89 unit), dan di kecamatan Palembayan 120 unit.
Sebelumnya, masih tahun 2009, melalui program HKSN Agam juga memperoleh biaya bedah rumah untuk 100 unit rumah keluarga kurang mampu. Masing-masing rumah memperoleh dana Rp10 juta.
Pernyataan Mensos bukan sekedar menyenangkan hati Rang Agam. Buktinya, sejak keberha-silan Agam dalam berbagai sektor pembangunan, termasuk sektor penanggulangan kemiskinan, sudah banyak daerah yang sengaja datang belajar memenej penanggulangan kemiskinan ke daerah itu. yang berdatangan bukan saja dari daerah dalam provinsi Sumbar, tetapi juga dari daerah lain, termasuk dari luar Sumatra.
Mereka yang datang sangat terkesan dengan pola yang diterapkan Agam,sejak dari pola penanggulangan kemiskinan berbasis mesjid, sampai pada pengelolaan KJKS BMT Agam Madani, dan pola pembangunan nagari goro badunsanak, dan banyak lagi yang lainnya.

Tidak ada komentar: